Katanya pria pakai logika sedangkan wanita pakai perasaan, tapi kok kebanyakan wanita kalau nawar kayak gapunya perasaan
Pernyataan bahwa laki-laki menggunakan logika dan perempuan menggunakan perasaan adalah stereotip gender yang tidak akurat dan merugikan. Logika dan perasaan adalah sifat manusia yang ada pada kedua jenis kelamin dan tidak terkait dengan jenis kelamin seseorang.
Stereotip gender seperti ini sering kali muncul karena pengaruh budaya dan sosial yang telah membentuk pemikiran masyarakat selama berabad-abad. Budaya patriarki yang masih kuat di beberapa negara dan kepercayaan bahwa laki-laki lebih superior dari perempuan telah menciptakan perbedaan-perbedaan yang tidak beralasan.
Faktanya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan untuk menggunakan logika dan perasaan dalam pemikiran dan tindakan mereka. Kebanyakan orang mungkin lebih condong pada logika atau perasaan, namun itu tergantung pada kepribadian, pengalaman hidup, dan lingkungan mereka.
Stereotip gender seperti ini dapat merugikan perempuan, karena dapat membuat perempuan merasa tidak dihargai dan dianggap tidak mampu untuk berpikir secara logis. Hal ini dapat membatasi kemampuan perempuan untuk berkembang dan berprestasi di berbagai bidang.
Sebagai masyarakat yang inklusif, kita harus memahami bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda, tidak peduli jenis kelamin mereka. Kita harus menghargai setiap individu sebagai manusia yang unik dan tidak memandang mereka berdasarkan stereotip gender yang telah ada.
Dalam rangka menciptakan masyarakat yang inklusif dan adil, kita perlu menghilangkan stereotip gender dan memperjuangkan kesetaraan gender. Kita harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin mereka, dan menghargai keragaman sebagai kekayaan yang memperkaya kehidupan kita.
FOTO: UNSPLASH
Leave a Comment